Judul Buku : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Distributor : Mizan Media Utama
Tebal Buku : x + 292 halaman
Tahun Terbit : Juli 2006
Merupakan buku kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi. Menceritakan perjalanan mimpi dua anak Melayu kampong : Ikal dan Arai. Mimpi untuk mewujudkan cita-citanya sekolah ke Prancis, menginjakan kaki-kaki miskin di atas altar suci almamater Sorbonne, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.
Ikal dan Arai tidak “sendiri” menjalani kisah mereka. Anggota Laskar Pelangi, warga kampong Magai dan orang-orang terdekat tentu saja ikut mewarnai kerikil hidup mereka, namun seseorang yang terjun bersama melewati jalan berkerikil tajam, penuh dengan pengorbanan, cinta, dan tentu mimpi ,adalah Jimbron, anak muda berperawakan tambun, bertipikal obsesif kumpulsif pada kuda, serta penikmat hidup.
Mereka bertiga tinggal bersama dalam los kontrakan di Kampung Magai. Untuk Ikal, tempat ini berjarak kurang lebih 30 km dari tempat tinggal orang tuanya, begitu pula Arai, karena orangtuanya telah tiada, dia dipungut keluarga Ikal. Tak berbeda dengan Arai, Jimbron pun adalah seorang yatim piatu. Mereka tinggal di los sempit ini demi tuntutan mereka untuk meraup ilmu di SMAN Bukan Main, dan tentu saja mimpi mereka mengejar cita-cita, sambil bekerja sebagai kuli ngambat di pelabuhan.
Kenangan tak ubahnya mozaik kehidupan yang menunggu potongan lain dari kehidupan. Ikal dan Arai memutuskan untuk mengadu nasib ke Jawa. Memang untuk menggapai impian tidaklah mudah. Berbagai profesi mereka geluti dari mulai salesman alat-alat dapur, karyawan kontrak di pabrik tali, tukang foto kopi dan sampai akhirnya mereka berdua berpisah. Ikal tetap di Jawa dengan profesinya sebagai juru sortir di PT. Pos Indonesia sedangkan Arai ke Kalimantan bekerja sebagai penggosok batu akik di pabrik jewelry. Upah yang tetap membuat mereka kuliah sambil bekerja.
Keadaan tersebut tak berlangsung lama, setelah lulus, dalam sebuah tes untuk mendapatkan beasiswa Uni Eropa mereka bertemu. Sepertinya memang mereka ditakdirkan untuk tetap bersatu.
Akhirnya mimpi anak Melayu kampung ini menjadi kenyataan. Mereka berdua sama-sama mendapat beasiswa Uni Eropa untuk belajar di kota impian mereka, Paris, menuju altar suci almamater Sorbonne.
Satu hal yang dipesankan penulis yang dapat menggugah semangat kita akan kekuatan untuk bermimpi: maka janganlah berhenti mengejar mimpi karena nasib tak mungkin didahului.
Inilah kekuatan mimpi yang membuat rintangan sebesar gunung tak ubahnya kerikil kecil dan jarak membentang seluas samudra bagaikan sungai kecil nan elok. Inilah Sang Pemimpi! Novel yang menggugah semangat untuk mengejar cita-cita. Disajikan secara menarik dari pengalaman empirik yang mengesankan, membuat pembaca terbuai dan mengarungi samudra yang kaya akan makna, menyelami pikiran penulis. Maka, setelah kamu membaca buku ini, kamu akan berkata, “Mengapa baru kali ini Aku membacanya?”
0 komentar:
Posting Komentar